Palimbungan, semakin menawan......
Oleh : Harlan Batubara, SH / pemerhati transportasi
Awalnya nama ini tidak diketahui umum, hanya sebagian yang tahu tentu masyarakat di sekitarnya, dan merekapun tidak memimpikan akan ada perubahan besar. Tempat ini adalah hutan kecil seperi semak belukar di pantai dengan lokasi sekitar 4 KM di sebelah selatan Pasar Batahan Kecamatan Batahan.
Adalah potensi sumber daya alam yang sangat menjanjikan dan potensi kelautan yang belum termanfaatkan maximal disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki, padahal panjang pantai adalah 172 KM, yang menjadi alasan utama faktor pendukung layaknya tempat ini disulap menjadi pelabuhan.
Ada 3 lokasi pada mulanya yang diwacanakan yaitu :
1. Teluk Ilalang, faktor pendukungnya adalah ; perolehan lokasi pasti mudah karena merupakan kebun PT. PN IV tentu hanya penyerahan kembali sebagian dari HGU tersebut, kondisi perairan laut mendukung karena berada di teluk meskipun bentuknya terbuka lebar.
Faktor penghambat adalah; ternyata kedalaman airnya sangat dangkal dan dipenuhi batu karang jika air laut pasang surut batu karangnya malah muncul kepermukaan yang tidak mungkin dilakukan sebagai penambatan sandar kapal.
2. Pasar Batahan, faktor pendukungnya adalah; kedalaman laut memenuhi persyaratan minimal 8 meter pasang surut dan akses jalan sudah tersedia.
Faktor penghambat adalah; sulit mendapatkan lokasi untuk sisi darat dengan harus membebaskan lahan warga seluas minimal 25 hektar karena berada di kawasan pemukiman
3. Palimbungan, faktor pendukungnya adalah; daerah bukaan baru sekitar 4 KM ke selatan Pasar Batahan (berada di antara Pasar Batahan dengan Teluk Ilalang), lahan diserahkan masyarakat ke Pemkab. Madina secara gratis seluas 25 hektar pada tahun 2012, kedalaman air laur pasang surut (Low Spring Water) sesuai dengan standar pelayaran yaitu 8 meter dan pasang naik 12 meter, memiliki pelindung seperti bumper dari hempasan ombak besar laut bebas Samudra Indonesia karena berada persis di belakang Pulau Tamang (menurut keterangan masyarakat pulau ini luasnya 170 hektar.
Faktor penghambat adalah; belum memiliki akses jalan karena merupakan hutan semak belukar di pinggir pantai.
Faktor pendukung utama adalah perlu mencari alternatif baru lokasi pelabuhan baru di pantai barat, karena pelabuhan Sikara-kara Natal praktis tidak pernah dimanfaatkan sejak dibangun tahun 1993. Hal ini disebabkan kondisi perairan yang tidak memenuhi standar pelayaran hanya 2,5 meter pasang surut yang diakibatkan pasir yang mengendap di dasar laut sehingga terjadi pendangkalan radikal. Penyebab lain bahwa Sikara-kara juga mendapatkan efek bencana tsunami tahun 2004 yang berakibat patah di tengah terstle pada pelabuhan sepanjang 90 meter itu.
Bahan tersebut diserahkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan pada tahun 2011 untuk dilakukan kajian studi kelayakan. Hasilnya kajian dan berdasarkan penelitian di lokasi maka disimpulkanlah Palimbungan sebagai lokasi paling layak untuk dibangun pelabuhan.
Pada tahun bersamaan juga untuk pertama sekali Palimbungan "langsung" mendapat kucuran dana APBN. Perubahan Tahu Anggaran 2012, yang tentu digunakan untuk.pembuatan talud (tembok penahan) londasi pelabuhan.
Pekerjaan fisik terus dilakukan berkelanjutan sampai terstle dan dermagacpada sisi air telah selesai sepanjang 775 meter (690 m terstle dan 85 m dermaga), yang keseluruhan telah dipasang puluhan tiang lampun jalan solar cell. sehingga suasana malam hari sudah terang benderang, bisa dimanfaatkan para nelayan dan kelihatannya sangat mengoda sekali.
Tempat ini meskipun belum.produktif sebgaimana fungsinya pelabuhan tetapi paling tidak sudah memiliki daya tarik sendiri sebagai destinasi wisata di pantai barat, ini dibuktikan semakin banyak masyarakat yang berkunjung terutama pada hari minggu dan libur, meskipun masih terbatas saat ini hanya masyarakat sekitarnya baik Kecamatan Batahan, Kecamatan Sinunukan dan Kecamatan Lingga Bayu, ke depan tidak tertutup kemungkinan akan dikunjungi masyarakat yang lebih jauh, terutama jika Pemerintah Kabupaten sanggup menuntaskan jalan dan jembatan segera. Memang diakui bahwa hasil pembukaan jalan yang dilakukan pemkab pada tahun anggaran 2016 telah membuka akses ke pelabuhan ini, dimana selama lima tahun hanya dapat dijangkau dari areal kebun PT.PN IV dan tentunya juga dari jalur laut. Tentu diharapkan lanjutan pembangunan jalan pada tahun 2017. Sehingga apa yang dikerjakan ditjen perhubungan laut sejalan dengan tanggung jawab pemda menuntaskan jalan dan jembatan.t
Komentar
Posting Komentar