Seri : Peribahasa Mandailing
Bahasa Mandailing merupakan bahasa sehari-hari yang dipakai etnis Mandailing baik yang menetap di wilayah Mandailing maupun di tanah perantauan, ditinjau dari segi teritorial etnis Mandailing berdomisili di beberapa daerah otonom pemerintahan yaitu; Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Pasaman bagian utara dan Kabupaten Pasaman Barat bagian utara. Meskipun di beberapa daerah yang disebutkan tadi dipengaruhi oleh kosa kata dan intonasi wilayah tetangga, misalnya di Padang Lawas , Padang Lawas Utara dipengaruhi dialek Angkola dan dialek Toba, sedangkan di Pasaman dipengaruhi bahasa Minangkabau.
Namun secara umum dan berdasarkan fakta sejarah bahwa bahasa Mandailing itu tetap merupakan bahasa sehari-hari yang setidaknya sudah tercatat dalam buku Negarakertagama oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M.
Tulisan ini akan mencoba menafsirkan beberapa peribahasa yang ditemui dalam percakapan sehari-hari orang Mandailing, baik dalam percakapan biasa atau dalam acara formal acara adat istiadat maupun dalam beberapa literatur tentang Mandailing yang ditemui dalam prosa lama sastra Mandailing.
Hal ini menjadi sangat penting, di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat sangat sedikit sekali perhatian tentang dokumentasi, kajian maupun publikasi tentang budaya Mandailing, apalagi yang menyangkut kajian tentang sastranya itu sendiri, padahal bahasa Mandailing sangat kaya akan perbendaharaan kata-kata, banyak yang tidak ditemui dalam Bahasa Indonesia, memiliki jenis kata dan tingkatan yang dipakai dalam kesempatan tertentu yang terdiri dari :
- hata tole adalah hata = kata yang memiliki makna yang sangat halus disampaikan dalam kesempatan tertentu,
- hata parkapur adalah hata = kata-kata yang penuh dengan makna adat istiadat,
- hata datu saba si baso adalah kata dalam istilah pengobatan tradisional atau perdukunan = hadatuan,
- hata jampolak adalah kata yang kasar yang mengandung marah.
Peribahasa ini sangat banyak dan lengkap sekali, namun dicoba menyampaikan sebagian secara berseri.
Seri ke 1 Peribahasa Mandailing :
- Suangkon parlus lus ni ampangdo marlumpat-lumpat sada martading- tading dua, Seperti keringnya ampang melompati satu persatu meninggalkan dua bagian. Ampang adalah tempat barang terbuat dari bambu dan rotan tidak punya tali gantungan yang dibawa ke sawah maupun ke ladang. Artinya : Pekerjaan yang dilakukan secara tidak berurutan sistematis, namun dilakukan dengan meninggalkan beberapa bagian terdahulu dan mengerjakan lebih dulu yang seharusnya belakangan.
2. Suangkon sora ni bulu tolang tinapor borngin;
Seperti suara bambu talang pecah malam hari.
Artinya : Suara yang tiba tiba terdengar dan nyaring sehingga yang mendengarnya terkejut.
3. Suangkon ayu andele natubu di ak robayan, naginjang soadong gotapon, napondok soadong uduton, na godang so adong urang na, na menek so adong tambaan.
Seperti kayu andele (nama jenis kayu) tumbuh di tengah hutan, panjang tidak perlu dipotong, pendek tidak ada yang akan disambung, besarpun tidak ada yang kurang, kecilpun tidak perlu ditambah.
Artinya : Mengibaratkan sesuatu yang sudah sempurna, tidak kurang dan tidak juga berlebih.
4. Suangkon sora ni ambeng sinarat borngin.
Seperti suara kambing ditarik malam hari.
Artinya : adanya suara seolah-olah dengan keterpaksaan di malam hari.
5. Suangkon rudang ni botik jantan, tagonan rurus pado parbue.
Seperti bunga pepaya jantan, lebih baik berguguran dari pada menjadi buah.
Artinya : Sesuatu benda yang tidak bisa dimanfaatkan.
Komentar
Posting Komentar